English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
"PANCASILA" merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. "UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945" merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. "NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA" merupakan konsensus dalam mewujudkan perjuangan bangsa Indonesia yang bersatu. "BHINNEKA TUNGGAL IKA" merupakan solusi dari kemajemukan bangsa.

Sabtu, 24 Agustus 2013

DISKURSUS TENTANG PEMIKIRAN ISLAM R.A KARTINI



DISKURSUS TENTANG PEMIKIRAN ISLAM R.A KARTINI
Oleh: Elvi Anita Afandi, S. Ag*


Di Jepara, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879, R.A Kartini dilahirkan, puteri Bupati Jepara. Beliau dan wafat pada17 September 1904, usia 25 tahun. Berdasar Surat Keputusan Presiden RI (Ir Soekarno) No. 108 Tahun 1964, disahkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Ia hidup dalam keluarga ningrat yang sangat mengagungkan tradisi (feodalistis kerajaan) dan kolonialisme Belanda.
Kebanyakan perempuan Indonesia memperingati hari kelahirannya dengan menyelenggarakan berbagai acara dengan tema emansipasi wanita (yang selanjutnya berkembang menjadi semacam gerakan feminisme). Apa sesungguhnya yang diperjuangkan Kartini, bagaimana pemikirannya? Seharusnya diketahui generasi kita, untuk menghindari penokohan yang salah kaprah terhadap beliau.

Kegelisahan RA. Kartini
Pendidikan Kartini hanya sampai sekolah dasar atau dikenal dengan ELS (Europese Lagere School). Ia mampu berbahasa Belanda dengan baik, dengan kemampuannya itu ia banyak menulis surat kepada teman-teman Belanda-nya yang berisi curahan hatinya.
Kartini mulai merasakan adat istiadat Jawa yang peraturannya begitu mengekang, hingga timbul dalam pikirannya untuk menentangnya sebagaimana bait-bait dalam suratnya ini :
“Sesungguhnya adat sopan santun kami orang Jawa amatlah rumit, adikku harus merangkak bila hendak berlalu di hadapanku...Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat dicaci orang disebut kuda liar” ...
“... Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholeh, orang yang bergelar Graff atau Baron?....”(surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899)

Kartini tidak hanya bergelut dengan tradisi yang kolot, tapi sekaligus menghadapi serangan halus teman-temannya dari Barat, seperti JH. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan (dan isterinya), yang banyak meminta nasehat pada Snouck Hurgronje, orientalis yang mempropagandakan bahwa golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah Islam. Karenanya, memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi adalah cara jitu untuk meguasai pengaruh Islam, dan tidak mungkin membaratkan rakyat kecuali ningratnya telah dibaratkan. Hurgronje menyarankan Abbendanon untukmendekati Kawan lainnaya, Estella Zeehandelaar (Stella), wanita Yahudi anggota militan gerakan feminis di Belanda. Berikutnya, Ny. Van Kol (dll.), yang gigih berusaha mengkristenkan Kartini:Ny Van Kol banyak bercerita kepada kami tentang Yesus yang Tuan muliakan itu, tentang Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar itu semua.(surat Kartini kepada Dr. Adriani, 5 Juli 1902)

Kartini jelas terpengaruh dan kagum pada Barat: Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik : orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang eropa.(surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899)
Kartini juga punya keinginan belajar ke Belanda agar kelak menjadi bekal baginya meningkatkan harkat dan martabat orang Jawa dengan meningkatkan tingkat pendidikan rakyat. (surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900) Namun,  niat Kartini ini tidak kesampaian. Adalah Mr.J.H Abendanon yang paling gigih menghalangi niat tersebut atas saran Snouck Hurgronje.
Pemikiran Islam RA. Kartini
Kartini mengalami hal kurang menyenangkan, ketika guru mengajinya menyuruhnya keluar dikarenakan ia menanyakan arti dan makna dari Al Qur’an yang ia baca. Ia sangat kecewa:
 “Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella?” [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]
Sungguh pemikiran luar biasa dari Kartini, kritis, jiwanya berontak terhadap sesuatu yang ia anggap tidak logis. Keinginannya mendalami Islam sangat kuat. Pada akhirnya Kartini melakukan aksi mogok tidak mau mengaji sebagai protes atas keadaan yang ia dan juga umat Islam alami waktu itu.
Perlu diketahui ini merupakan taktik pemerintah Belanda, umat muslim dibolehkan mengajarkan baca Al Qur'an dengan syarat tidak diterjemahkan.
Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, pamannya. Pengajian dibawakan oleh seorang ulama Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar (atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertarik sekali (bukankah selama ini hanya boleh membaca dan menghafal Quran tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut ini dialog-nya (ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat). 
“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?”
Tertegun Kyai Sholeh Darat, “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh Darat balik bertanya. “Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya. Beliau kemudian menuliskan terjemah Al Quran dalam bahasa Jawa, dan dihadiahkan pada Kartini saat pernikahannya. Sayang , jilid pertama, yang terdiri 13 juz, dari surat Al-Fatihah sampai Ibrahim, belum sempat dilanjutkan karena sang Kyai wafat.
 Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Kartini mendapati surat Al- Baqarah: 257 bahwa Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya Minadh-dhulumaati ilan nuur. Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata ini. Ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah. Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak mengulang-ulang kalimat  “Door Duisternis Tot Licht”, oleh Abbendanon kemudian dijadikan judul buku yang berisi surat-surat Kartini kepada kawan-kawan Belanda-nya. Cucu tiri Kartini, Prof. Dr. Haryati Soebadio, Menteri Sosial Era Orde Baru menerjemahkan dengan  “Dari Gelap Menuju Cahaya”,oleh Armijn Pane diterjemahkan dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Kartini mengalami transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat dan Islam-pun mulai berubah, setelah sekian lama kagum pada Barat dan kecewa pada Islam.
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]
Kartini juga menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :
“Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? …. Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?” [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]
Bahkan Kartini bertekad untuk berupaya untuk memperbaiki citra Islam yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini menyatakan :
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902].
 “Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Alloh, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan.” (surat Kartini kepada Nyonya Abandanon, 1 Agustus 1903)
 Bagaimana emansipasi menurut Kartini ?
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama  (Surat Kartini kepada Prof. Anton dan nyonya,  4 Oktober 1902)
Wallahua’lam

*Mantan Ketua BKMT Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kab. Bogor, Wilayah Kecamatan Ciawi

Bahan bacaan:
a.        Habis gelap Terbitlah Terang: RA. Kartini (Penerjemah: Armijn Pane)
b.        Api Sejarah: Ahmad mansur Suryanegara
c.        Membincang Feminisme, Diskursus Gender Perspektif Islam: Ahmad Zahro Al Hasany

*Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kab. Bogor, Wilayah Kecamatan Ciawi





print this page Cetak

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 

Roam to Rome Blog- Moving to Italy, Travel, Studying in Italy.